Membangun Branding Ormas Salimah dan Tokohnya
Mengapa Perlu Personal Branding?
Branding harus ada di sebuah organisasi dan tokoh-tokoh di sebuah organisasi. Berkomunikasi dengan stakeholder lewat kontennya, media sosial. Bukan sekedar narsis atau eksis. Dengan branding reputasi Salimah akan terlihat. Amanah, produktif. Terjadilah kolaborasi, harapannya banyak lembaga-lembaga yang bekerjasama dan support memberikan wakaf dan sumbangan. Dan terbuka peluang menjadi 3 bisa dunia, bukan hanya 3 besar di Indonesia.
Pekerjaan tidak hanya dilaksanakan tapi diteruskan ke khalayak. Personal branding melalui media sosial.
Sebuah karunia (privilage) sehingga bermanfaat bukan dunia dan akhirat.
Branding Salimah Dakwah, Pendidikan, Ekonomi bisa banyak digali dari ketiga misi tersebut.
Disrup Digital
Banjiri Tiktok tak harus atraktif atau lucu, materi mengena dan cocok dengan netizen.
Pakai kampanye Salimah, daripada. Dipakai untuk. Kampanye yang jelek.
Masyarakat senang tulisan pendek, seperti do Youtube, Tiktok.
13-34 tahun paling banyak di media sosial.
Pengurus juga regenerasi.
Mau eksis dalam artian positif maka update media sosial.
Disrupsi Milineal
Menyebabkan perilaku masyarakat berubah.
Kontennya buat siapa?
Disrupsi Pandemi
Konten Tanpa Batas
Bisa ambil dari mana saja, mencantumkan sumbernya. Tak harus membuat sendiri.
Jebakan Alogaritma
Temannya itu-itu saja dari Salimah saja. Temannya dipilih sama Facebook. Berteman dengan siapa pun. Supaya networking kena. Yang dengerin dakwahnya dari mana saja.
Personal Branding Tidak Ujug-Ujug
Memperbesarkan media sosial dulu
Mengelola Akun Media Sosial
Mengolah aktivitas tokoh dan membuat Grafis, Narasi Rilis, Video kemudian disebar ke semua kanal media sosial agar aktivitas Salimah tersebar di seluruh masyarakat, karena pertolongan Allah menjadi organisasi besar. Regenerasi juga belajar, punya relawan dari anak-anak milenial. Contoh diundang anak-anak generasi milenial untuk acara Kak Boy H, dan membuat konten Salimah.
Salimah layak bekerja dengan siapapun dan tokoh-tokohnya bisa menjadi solusi bagi masyarakat.
Bukan berbohong, prestasi punya Kossuma. Untuk aware (perhatian) dan bekerjasama, buka riya, misi kebaikan, menampilkan foto malu-malu. (Stigma), aktif di media sosial bukan melulu menampilkan diri kita secara narsis, sesekali perlu.
Bukan foto saja, teks, suara. Misalkan foto sebulan tigal kali muncul. Dicari angle foto yang berbeda, bervariasi. Orang sekarang juga menjauhi postingannya yang tokoh terlalu besar porsinya.
"Pastikan suami ridho jika foto diposting karena penugasan di Salimah, sudah diamanahi", berdoa audzubillahiminnasyaithoniradzim, In Sya Allah ada nilai ibadah, kebaikan, pahala, pada awalanya suami tidak mengijinkan, berhati-hati dimedsos," mengutip Bu Etty, Ketua PP Salimah.
Bijak Bermedsos
Berpikir sebelum men-share, jangan asal share, hati-hati hacker banyak, jangan asal klik link. empati digital harus tinggi, contoh sesi anak muda bijak bermedia sosial untuk anak muda. Melek HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) jangan asal ambil musik orang lain. Jangan baper bermedia sosial.
Jangan asal posting, hati-hati tiba-tiba ditangkap polisi. Pakai musik yang sedang trend di anak muda bukan sok-sokan tapi ingin berkomunikasi dengan anak muda.
"Berposting, atm (amati, tiru, modifikasi) Allah akan beri jalan untuk konten yang bagis, kata dalam coaching class Boy H."
"Orang yang ga ada isinya lebih cerewet, lebih banyak daripada orang yang ada isinya, " lanjut Boy H."
"Cerewet dengan kebaikan." tambah Boy H.
Comments
Post a Comment